Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Tumbuh 5,01 Persen, BPS Bantah Konsumsi Turun

Kompas.com - 07/08/2017, 13:20 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 sebesar 5,01 persen, lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,18 persen.

Bila dibandingkan kuartal I 2017, maka pertumbuhan ekonomi kuartal II stagnan. Sebab, pada kuartal I 2017, pertumbuhan ekonomi juga sebesar 5,01 persen.

Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 ditopang oleh konsumsi rumah tangga 4,95 persen, investasi 5,35 persen, ekspor 3,36 persen, lembaga non profit 8,46 persen, dan impor 0,55 persen. Adapun konsumsi pemerintah justru negatif 1,93 persen.

Konsumsi

BPS menyanggah konsumsi rumah tangga turun. Pada kuartal II 2017, BPS mencatat konsumsi tumbuh 4,95 persen, naik 0,01 persen dibandingkan kuartal I 2017.

"Bila ada yang bilang konsumsi turun, tidak," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (7/8/2017).

(Baca: Mal Sepi, Daya Beli Turun?)

Konsumsi makanan dan minuman tumbuh 5,24 persen, pakaian dan alas kaki 3,47 persen, perumahan dan perlengkapan rumah 4,12 persen, kesehatan dan pendidikan 5,40 persen, transportasi dan komunikasi 5,32 persen, hotel dan restoran 5,87 persen.

Bila dibandingkan kuartal I 2017, pertumbuhan konsumsi memang naik. Namun bila dibandingkan kuartal II 2016, pertumbuhan konsumsi kuartal II 2017 justru turun.

Sebab pada periode yang sama tahun lalu, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,07 persen.

Meski begitu BPS menyatakan bahwa hal ini bukan disebabkan oleh penurunan daya beli, namun karena adanya kecenderungan masyarakat kelas menengah atas menahan konsumsi.

Indikasinya, yaitu persentase transaksi debit melambat dan presentase uang yang ditabung justru naik. Namun sayangnya BPS tidak bisa memberikan penjelasan lebih detail terkait data tersebut.

(Baca: Konsumsi Masyarakat pada Kuartal III 2017 Berpotensi Melemah)

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani turut berkomentar perihal turunnya daya beli masyarakat.

Menurut dia, tren penurunan daya beli yang saat ini menjadi polemik terjadi karena adanya tren penurunan angka serapan tenaga kerja formal.

Hariyadi menjelaskan, jika melihat data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan periode serapan tenaga kerja formal dari tahun 2010 hingga 2016 hanya 850.000 orang per tahun.

"Padahal setiap tahun itu masuk kurang lebih sekitar 2 juta lebih angkatan kerja yang masuk ke bursa kerja. Jadi kami melihat bahwa kelas menengah bawah itu betul-betul drop banget," ujar Hariyadi kepada Kompas.com, Minggu (6/8/2017).

Dengan demikian, adanya backlog antara serapan tenaga kerja dan angkatan kerja setiap tahunnya berdampak pada penurunan daya beli.

(Baca: Apindo: Daya Beli Masyarakat Turun Karena Serapan Tenaga Kerja Susut)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com