Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2019, Kemenhub Fokus Bangun Konektivitas Daerah Tertinggal

Kompas.com - 02/02/2018, 11:00 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan fokus kementerian yang dipimpinnya pada tahun depan adalah memperkuat konektivitas di daerah tertinggal dan perbatasan.

Penguatan konektivitas tersebut diharapkan bakal bisa memacu pertumbuhan dan mengurangi kesenjangan ekonomi. Selain itu, kemudahan akses antar wilayah juga bisa membuat suatu lokasi jadi lebih menarik untuk investasi.

"Dalam mewujudkan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2019, Kementerian Perhubungan diamanatkan untuk melaksanakan pengurangan kesenjangan antar wilayah melalui penguatan konektivitas dan kemaritiman," terang Menhub Budi Karya usai rapat Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Kemenhub tahun Anggaran 2019, Kamis (1/2/2018).

Baca juga : Sri Mulyani Marah Serapan Anggaran Kemenhub Tidak Maksimal

Dia menambahkan alokasi anggaran Kemenhub sejak 2016 hingga 2018 terus mengalami peningkatan. Di sisi lain, anggaran tersebut tetap saja belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur transportasi.

Karenanya, kementerian bisa merancang agar anggaran belanja dan pendapatan negara (APBN) bisa difokuskan untuk pembangunan daerah tertinggal, terluar, dan perbatasan.

Sementara itu untuk wilayah yang sudah lebih berkembang dan secara ekonomi menarik, dibangun menggunakan skema kerja sama dengan swasta.

"Sesuai arahan Bapak Presiden kita didorong untuk mencari pendanaan alternatif di luar APBN untuk proyek yang bersifat strategis dan bernilai ekonomis tinggi," imbuhnya.

Baca juga : 34 Proyek Infrastruktur Senilai Rp 348 Triliun Dibiayai Tanpa Anggaran Pemerintah

Pendanaan alternatif yang dimaksud antara lain berupa Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), peningkatan peran BUMN, Pembiayaan Infrastruktur Non APBN (PINA), pembiayaan skema Surat Berharga Syariah Negara SBSN, serta investasi swasta murni.

Pada kesempatan yang sama, Kemenhub juga mengumumkan penggunaan aplikasi e-planning sebagai alat penyusunan RKA. Harapannya, dengan aplikasi tersebut perencanaan pusat dengan daerah bisa sinkron.

Disparitas

Sebelumnya, Menteri Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro juga mengatakan bahwa disparitas antardaerah di Indonesia masih cukup besar dan perlu dikurangi.

Nilai disparitas tersebut pada 2017 mencapai 0,391 persen. Meskipun nilainya kecil, di wilayah tertentu terlihat adanya ketimpangan yang sangat besar. Misalnya di Papua, Papua Barat, Banten, dan Bengkulu.

Baca juga : Menteri PPN: Warga Miskin 26 Juta Jiwa, Itu Bukan Jumlah yang Sedikit

"Analisa awal kenapa ketimpangam di daerah tinggi, karena konektivitas lemah. Seperti di Musrembang Bengkulu, di sana terlihat miskin karena terisolasi dari lintas Sumatera dan terisolasi antar kabupatennya. Kemudian banyak desa di sana tidak ada jaringan," tuturnya dalam RKA Kemenhub.

Atas dasar itu, Bambang menyarankan agar pembangunan infrastruktur yang menunjang konektivitas antar daerah diperbanyak. Harapannya bisa memacu pemerataan ekonomi di daerah-daerah yang tertinggal.

Kompas TV Menakar Kinerja Kabinet Kerja Jokowi-JK (Bag 2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com