Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari HPP Gabah, Petani Bisa Dapat Untung 25 Persen

Kompas.com - 06/02/2018, 16:43 WIB
Ari Maulana Karang

Penulis

GARUT, KOMPAS.com - Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni senilai Rp 3.700 per kilogram, dipastikan masih memberi keuntungan sebesar 25 persen dari biaya yang dikeluarkan petani.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Banun Harpini, yang juga Ketua Penanggungjawab upaya khusus swasembada pangan dengan fokus tiga komoditas, yakni padi, jagung, dan kedelai (Upsus Pajale) di Jawa Barat.

Menurut Banun, saat ini Kementerian Pertanian akan memastikan semua hasil panen petani bisa terserap oleh tim satgas, termasuk di Jawa Barat.

Untuk Jawa Barat, pihaknya berupaya agar hasil panen petani bisa dibeli dengan skema harga fleksibel dari empat skema harga yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian.

"Kami berusaha agar jangan sampai turunnya dibawah HPP, kami kejar-kejaran dengan waktu," katanya saat ditemui disela kegiatan panen raya padi di Desa Mancagahar Kecamatan Pamengpeuk oleh Menteri Pertanian, Selasa (6/2/2018).

Baca juga : Januari 2018, Harga Gabah Kering dan Beras Naik 

Banun memperkirakan, produksi Gabah Kering Giling (GKG) di Jawa Barat pada bulan Februari ini bisa mencapai 950.000 ton atau setara dengan 600.000 ton beras. Sementara, bulan Maret produksi GKG diperkirakan mencapai 1,6 juta ton atau setara dengan 1 juta ton.

"Kami jamin Jawa Barat surplus beras bulan Februari 270.000 ton beras dan Maret 670.000 ton beras," katanya. 

Menurut Banun, tingkat konsumsi beras masyarakat Jawa Barat sendiri tiap bulannya mencapai 330.000 ton dengan jumlah penduduk mencapai 46 juta jiwa lebih. Dengan jumlah konsumsi sebesar itu, dibanding tingkat produksi, Jawa Barat masih surplus beras.

Bupati Garut Rudy Gunawan yang ditemui ditempat yang sama mengungkapkan, sebagaimana Jawa Barat, Garut pun surplus beras. Karenanya, pihaknya menolak beras impor masuk Garut. Di Garut sendiri, kebutuhan beras tiap bulannya mencapai 300.000 ton.

Baca juga : Harga Gabah di Petani Turun tapi Harga Beras Naik, Apa Kata Menteri Pertanian? 

"Kami ini ada data, tiap tahunnya produksi gabah kering giling itu ada 1 juta ton per tahun, setara dengan 500.000 ton beras, kami surplus 200.000 ton beras setahun," jelasnya. 

Rudy menegaskan, penolakan impor beras karena hal tersebut membuat harga pembelian gabah di tingkat petani jatuh. Saat ini saja, harga gabah susah jatuh dari Rp 5300 jadi Rp 4600. 

Terkait skema pembelian gabah yang trlah direncanakan pemerintah melalui Kementerian Pertanian, menurut Rudy harga beras juga harus memperhitungkan harga di pasar-pasar besar seperti pasar induk beras di Cipinang Jakarta.

Oleh karenanya, saat ini yang jadi perhatian pemerintah daerah adalah bagaimana para petani bisa lebih efisien dalam panen. 

"Kalau saat panen padi digebuk (melepas bulir padi), itu hilangnya bisa sampai 10 persen, kalau pakai mesin itu hanya bisa digunakan di Garut Selatan, kalau di daerah lain itu kan sistemnya terasering tidak bisa pakai mesin," jelasnya. 

Kompas TVBeras bisa dibeli diskisaran harga 10.000 hingga 11.500 rupiah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com