Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prospek Saham Rokok Setelah Kenaikan Cukai, Ini Rekomendasi Bahana

Kompas.com - 22/03/2018, 11:30 WIB
Aprillia Ika

Editor

KOMPAS.com - Tanda-tanda pemulihan ekonomi yang terlihat sejak semester dua tahun lalu, belum berimbas positif terhadap industri rokok. Sejumlah data memperlihatkan penjualan rokok sepanjang Januari turun dibanding tahun lalu. Meski angka ini belum bisa menjadi cerminan untuk keseluruhan tahun ini.

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh PT Bahana Sekuritas, volume penjualan rokok secara industri turun sebesar 7 persen menjadi 23,1 miliar batang pada akhir Januari dibanding periode yang sama tahun lalu.

Sesuai dengan perkiraan Bahana, produsen rokok kecil mengalami volume penurunan yang lebih besar seperti penjualan Djarum turun sebesar 11,7 persen, Norojono turun sebesar 19,6 perseb, sedangkan volume penjualan Gudang Garam turun sebesar 4,8 persen dan Sampoerna mengalami penurunan sebesar 3,7 persen.

''Penurunan ini baru terjadi satu bulan, jadi masih terlalu dini untuk menjadi cerminan keseluruhan tahun, kami masih akan menanti data-data pendukung lainnya,'' papar Analis Bahana Michael Setjoadi melalui rilis pers. 

Baca juga : Harga Saham Rokok Berguguran, Waktunya untuk Beli?

Jika dalam beberapa bulan kedepan volume penjualan tetap berada pada kisaran 23 persen, volume penjualan industri pada kuartal dua akan turun sekitar 2 persen secara tahunan, ungkap Michael.

Cukai Rokok

Penurunan penjualan ini tidak terlepas dari naiknya harga jual rokok yang dilakukan oleh produsen rokok untuk menutupi kenaikan cukai rokok sebesar 10,04 persen yang diberlakukan oleh pemerintah sejak 1 Januari 2018.

Bahana memperkirakan produsen rokok tier 1, menaikkan rata-rata harga jual rokok sekitar 5 persen - 5,5 persen

PT HM Sampoerna menaikkan rata-rata harga jual rokok sebesar 7 persen secara tahunan pada kuartal pertama tahun ini, sedangkan PT Gudang Garam lebih konservatif dalam menaikkan rata-rata harga jual yakni sekitar 4,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, yang berimbas pada perolehan laba perseroan.

Baca juga : Saham Gudang Garam Lebih Diminati ketimbang Sampoerna

Sekuritas milik negara ini memperkirakan pendapatan Sampoerna pada kuartal satu akan naik sekitar 3,8 persen secara tahunan, dengan proyeksi kenaikan laba bersih sekitar 1,3 persen menjadi Rp 3,33 triliun.

Sedangkan Gudang Garam, meski diperkirakan akan mengantongi kenaikan pendapatan sekitar 2,4 persen pada kuartal pertama 2018 dibanding periode yang sama tahun lalu, laba bersih diperkirakan akan turun sebesar 13,3 persen menjadi Rp 1,64 triliun.

Rekomendasi

Dengan melihat turunnya volume penjualan untuk jangka panjang akibat kenaikan cukai rokok, Bahana masih mempertahankan rekomendasi Netral atas saham rokok.

Untuk jangka menengah, Bahana lebih menyukai saham Gudang Garam (GGRM) dengan target harga sebesar Rp 92.000 per lembar, sedangkan rekomendasi tahan untuk saham Sampoerna (HMSP) dengan target harga Rp 4.600 per lembar.

Baca juga : Dituntut Konsumen Rp 1 Triliun, Ini Kata Djarum dan Gudang Garam

Bila ternyata volume penjualan industri rokok sepanjang 2018 diperkirakan turun sebesar 7 persen dibanding tahun lalu, Bahana memproyeksikan pendapatan HMSP akan turun sekitar 4,6 persen menjadi Rp 101,22 triliun dari perkiraan semula sebesar Rp 106,07 triliun untuk sepanjang 2018. 

Dengan perkiraan laba bersih turun sekitar 7 persen menjadi Rp 12,77 triliun dari perkiraan semula untuk sepanjang 2018 sebesar Rp 13,75 triliun.

Sedangkan pendapatan GGRM diperkirakan bakal turun sebesar 4,5 persen menjadi Rp 87,79 triliun dari perkiraan semula sebesar Rp 91,96 triliun, dengan perkiraan laba bersih bakal tergerus sebesar 18,5 persen menjadi Rp 6,84 triliun dari perkiraan semula sepanjang 2018 sebesar Rp 8,39 triliun.

Pada akhirnya berdampak pada penurunan target harga HMSP menjadi Rp 3.900 per lembar saham, dan target harga GGRM menjadi Rp 62.200 per lembar saham.

Kompas TV Asosiasi Vaper Indonesia menawarkan solusi penjualan vape di tempat tertentu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com