Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polytron, Penguasa Elektronik Indonesia dari Desa Krapyak

Kompas.com - 05/06/2018, 07:39 WIB

Besaran proporsi penggunaan bahan baku domestik dan impor bergantung pada jenis produk yang diproduksi. Untuk bahan baku yang impor, umumnya digunakan untuk produk LED TV dan smartphone. Karena, untuk LED TV dan Smart Phone, banyak komponen elektronik yang belum ada di Indonesia.

"Untuk penggunaan produk domestik terhadap bahan baku sejauh ini regulasi baru berlaku di mobile phone 4G itu 20 persen (penggunaan bahan baku domestik) kita sudah bisa memenuhi dari (regulasi) pemerintah. Nanti akan meningkat 30 persenpun kita sudah siap juga," jelas Adi.

Semua karyawan punya hak suara

Kunci dari eksistensi bisnis Polytron hingga saat ini adalah adanya divisi Research and Development (R&D) yang mumpuni. Divisi ini sudah mulai dipupuk dan dibangun pada tahun 1982. Hal ini lah yang menjadikan Polytron unggul dibandingkan dengan sesama kompetitornya produsen barang elektronik.

Untuk dapat menghasilkan satu produk inovatif baru, proses yang dilewati cukup panjang. Tidak semua ide pun dapat menghasilkan satu produk baru karena harus disesuaikan dengan kondisi dan keinginan pasar.

Di perusahaan tersebut, semua karyawan memiliki hak untuk memberikan ide dan suara mereka untuk mengembangkan produk dari perusahaan yag 100 persen sahamnya dimiliki oleh Grup Djarum ini.

"Itu (masukan untuk inovasi) kan banyak yang masuk, kita nanti diskusinya dengan marketing. Ketika kita meminta persetujuan marketing itu diharapkan mereka merepresentasi dari pasar, sehingga marketing nanti memilih kira-kira inovasi atau invensi apa yang sesuai, Apa yang sudah dipilih kita mulai kerjakan research dan development-nya untuk diaplikasikan ke produk," jelas Adi.

Baca juga: Kisah Ershad, Mengolah Limbah Elektronik Jadi Perhiasan untuk Ekspor

Adi menjelaskan, hanya 10 persen dari keseluruhan ide atau masukan untuk inovasi dan invensi yang dapat direalisasikan menjadi sebuah produk. Dalam satu tahun, Polytron sendiri dapat mengeluarkan 10 produk inovasi terbaru secara keseluruhan, sementara untuk produk TV, Polytron wajib untuk mengeluarkan 2 produk inovasi terbaru setiap tahun.

"Tapi yang kita kerjakan, tingkat keberhasilannya cukup tinggi, begitu dimarketkan kalau sudah diproses dan dipilih itu keberhasilannya di atas 70 persen," sebut Adi.

Hingga saat ini, R&D telah mematenkan 64 produk inovasi mereka melalui hak paten di dalam negeri dan Amerika Serikat.

Salah satu inovasi produk yang berhasil mendapatkan hak paten dari AS adalah penggunaan kulit sapi dan kambing sebagai membran speaker yang terinspirasi dari bedug masjid.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+