Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pargata, Bawa Tenun Tradisional Indonesia Tembus Mancanegara

Kompas.com - 27/08/2018, 11:56 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Mengeksplorasi konsep klasik melalui proses tenun tradisional, Pargata hadir di tengah industri fashion Indonesia.

Sang pendiri, M. Faridz Rahmat Mulyana, menyebut,  pargata diambil dari bahasa Jawa kuno yang memiliki arti “pelindung”. Karena Pargata bergerak dibidang fashion yang digunakan sehari-hari dan fungsinya tentu untuk melindungi tubuh manusia.

Perjalanan Pargata dimulai pada tahun 2016. Pargata mencoba mendobrak industri fashion nusantara dengan konsep “experimental clothing” miliknya. Pargata mengeksplorasi konsep klasik melalui proses tenun tradisional Indonesia. Selain itu, warna kain Pargata adalah hasil warna alam Indigo yakni warna alam yang jika difermentasikan memili warna kebiruan.

“Sebenarnya sudah mulai bisnis itu sejak kuliah, awalnya karena tugas. Sempat berkecimpung di denim clothing sampai akhirnya menemukan Pargata tahun 2016,” ujar Faridz kepada Kompas.com pada acara The Big Start Indonesia di Surabaya, Sabtu (25/8/2018).

Baca juga: Sempat Dilarang Berbisnis, Pemuda Ini Raih Omzet Ratusan Juta dari Celana Jeans

Dia mengatakan, keunikan Pargata adalah karena material kain tenun tradisional nusantara sebagai kain dasarnya. Fariz menggandeng penenun tradisional dari Pekalongan untuk memproduksi kain yang akan dijahitnya menjadi berbagai bentuk fashion dengan gaya klasik.

“Yang di Pekalongan itu memang industri rumahan, terus di Surabaya itu penjahit kainnya. Dari Pekalongan dikirim ke Surabaya dalam bentuk kain rol,” tutur Faridz.

Namun, dalam proses mendapatkan kain tenun tradisional ini Pargata mengalami beberapa kendala. Proses penenunan 100 meter kain saja membutuhkan waktu 2 bulan bahkan lebih. Faridz pun memutar otak agar bisnisnya tetap berjalan. Untuk menambal hasil produksi dari kain tenun tradisional, dia juga membuat rangkaian produk yang menggunakan mesin.

“Pargata awal fokusnya di tenun tradisional itu, tapi kalau bergantung ke tenun ini saja cash flow-nya tidak akan berputar. Akhirnya saya dan tim berpikir bagaimana Pargata ini bisa tetap jalan. Kami (akhirnya) keluarkan produk hasil tenun mesin,” ucap Faridz.

Pargata memiliki berbagai macam produk andalannya yakni jaket, celana, topi, dan bandana.

Baca juga: Bye Bye Plastic, Kisah 2 Gadis Muda Mewujudkan Bali Bebas Sampah Plastik

Walaupun sekarang sudah ada kain yang ditenun oleh mesin, Pargata tidak ingin kehilangan identitasnya sebagai fashion tenun tradisional. Untuk menjaga keunikan dan khasnya tersebut, setiap 3-6 bulan Pargata tetap meluncurkan desain-desain khusus yang berbahan dasar kain tenun tradisional tadi.

“Hasil tenun tradisional limited edition itu memang khasnya Pargata, ada juga yang pakai mesin seperti celana yang desain-desainnya lebih ke western tapi tidak menghilangkan sisi tradisionalnya” kata Faridz.

“Setiap 3-6 bulan sekali kita selalu keluarkan desain-desain khusus dari kain tenun tradisional itu. Agar Pargata tidak kehilangan identitas awalnya,” tambahnya.

Sasar kalangan muda

Menyasar kalangan usia 18-35 tahuan, merek Pargata lebih populer di kalangan laki-laki. Walaupun ada beberapa desain atau hasil produknya juga bisa digunakan oleh perempuan.

Hingga 2 tahun usianya, Pargata kini memiliki banyak pasar domestik di beberapa kota di Indonesia yakni Jakarta, Bandung dan Surabaya sendiri. Merek Pargata banyak dibeli oleh kalangan komunitas pecinta denim.

“Kami punya pasar khusus anak-anak pecinta denim, opportunity-nya di situ pada awalnya. Kami menyasar komunitas-komunitas dulu dan personal blogger yang memang pecinta denim. Market kita benar-benar sekalian segmented saja,” sebutnya.

Selain dipasarkan di wilayah Indonesia, produk hasil Pargata ini juga bisa menembus pasar internasional yakni Singapura, Korea Selatan bahkan hingga Amerika Serikat.

“Pemasaran kita kalau domestik paling banyak di Jakarta, Bandung dan Bogor. Kalau ke luar negeri kita pasarkan sampai ke Boston, Amerika Serikat; Korea Selatan, dan Singapura,” ujar dia.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com