Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berita Populer: Tinggi Gunung Anak Krakatau Susut hingga China Impor Beras dari AS

Kompas.com - 31/12/2018, 05:07 WIB
Erlangga Djumena

Editor

1. Pasca-letusan, Tinggi Gunung Anak Krakatau Susut Jadi 110 Meter

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) mengonfirmasi terjadi penyusutan tinggi Gunung Anak Krakatau dari yang sebelumnya 338 meter di atas permukaan laut (mdpl) menjadi hanya 110 mdpl.

Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo menjelaskan, susutnya ukuran Gunung Anak Krakatau terkonfirmasi setelah terjadi letusan pada Jumat (28/12/2018) tengah malam pukul 00.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB dengan tinggi asap maksimum 200 meter hingga 3.000 meter.

Selanjutnya, pada pukul 14.18 WIB, asap letusan terlihat tidak berlanjut dan nampak tipe letusan surtseyan yang terjadi lantaran magma yang keluar dari kawah gunung bersentuhan dengan air laut.

Selengkapnya baca di sini

Baca juga: Ini Dugaan Penyebab Longsornya Gunung Anak Krakatau

2. China Beri Lampu Hijau untuk Beras Impor Amerika Serikat

Pemerintah China telah memberi lampu hijau untuk impor beras dari Amerika Serikat. Hal tersebut diumumkan oleh institusi kepabeanan setempat pada Jumat (28/12/2018) sebagai salah satu langkah dalam gencatan tarif antara Amerika Serikat dan China untuk mengurangi ketegangan perang dagang.

Beras impor asal AS yang telah melalui proses pemeriksaan dan karantina akan diizinkan untuk memasuki China.

Eksportir beras asal AS yang ingin memasuki pasar China harus sudah terdaftar pada Departemen Pertanian AS dan patuh pada peraturan perundang-undangan fitosanitasi (peraturan terkait kesehatan tumbuhan dari hama dan penyakit yang masuk dari luar negeri) Amerika Serikat dan China.

Selengkapnya baca di sini

Baca juga: Tiga Macam Transaksi Ilegal Pakai Mata Uang China di Bali  

3. Seputar Tunggakan yang Berujung Pencabutan Izin Frekuensi First Media

Pemerintah resmi mencabut izin penggunaan pita frekuensi 2,3 GHz untuk Internux (Bolt), First Media, dan Jasnita Telekomindo. Izin itu dicabut lantaran tiga operator telekomunikasi tersebut masih menunggak pembayaran Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi di 2,3GHz untuk menggelar jaringan 4G LTE.

Ketiga perusahaan itu sama-sama belum membayar Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi di 2,3GHz untuk menggelar jaringan 4G LTE mulai dari tahun 2016.

First Media punya tagihan senilai Rp 364,84 miliar, Internux senilai Rp 343,57 miliar, sementara Jasnita sebesar Rp 2,19 miliar.

Sesuai Pasal 21 Ayat (1) huruf f Permenkominfo 9/2018, dinyatakan bahwa pemegang izin yang selama dua tahun dari tanggal jatuh tempo tak membayar biaya pengguna mesti dicabut izin pengunaannya.

Selengkapnya baca di sini

Baca juga: Resmi, Kominfo Cabut Izin Frekuensi First Media

4. Menaruh Harapan pada Pajak

Benjamin Franklin, salah satu bapak pendiri Amerika Serikat (AS), punya kata-kata mutiara berkenaan dengan pajak.

Franklin mengatakan, bahwa tak ada di dunia ini yang dapat dibilang pasti, kecuali kematian dan pajak. Benar atau salah kata-kata Franklin, tanpa pajak suatu negara bisa lumpuh.

Pelayanan publik dalam bentuk pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) hingga pembangunan infrastruktur berupa jalan, jembatan, dan lain-lainnya tak akan terwujud.

Berbicara pajak, maka mau tak mau, akan dikaitkan dengan performa penerimaan pajak dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Tahun ini, sampai pada November 2018 yang lalu, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 1.136 triliun atau setara 79,82 persen dari target APBN 2018, yakni Rp 1,424 triliun.

Selengkapnya baca di sini

Baca juga: Pembayar Pajak Terbesar, Freeport Sumbang Penerimaan Negara 17,2 Miliar Dollar AS

5. Jatuhnya Harga Minyak Menjadi Tantangan Ekonomi Global di 2019

Kekuatan yang membuat harga minyak turun tajam pada akhir 2018 tidak akan hilang. Harga minyak mentah AS telah jatuh 40 persen sejak mencapai tertinggi empat tahun di atas 76 dolar AS per barel pada Oktober.

Minyak mentah Brent, patokan global, merosot minggu ini ke level terendah sejak Agustus 2017.

Melansir CNN.com, Minggu (30/12/2018), minyak adalah penentu penting pertumbuhan ekonomi masa depan.

Tekanan ke bawah yang terjadi terusmenerus mencerminkan kekhawatiran tentang melonjaknya produksi AS dan melemahnya ekonomi global. Bahkan tidak ada penurunan produksi oleh OPEC dan negara-negara mitranya yang mampu membalikkan tren ini. Kondisi tersebut bisa berlanjut hingga 2019.

Selengkapnya baca di sini

Baca juga: Khawatir Perlambatan Ekonomi Global, Harga Minyak Mentah Merosot

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com