Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Kagumi Kemajuan Korsel yang Ekspor Pertamanya Kulit Tikus

Kompas.com - 28/02/2019, 06:20 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulynai Indrawati mengaku beberapa waktu lalu membaca buku mengenai bagaimana Korea Selatan berhasil membangkitkan kondisi perekonomiannya.

Sri Mulyani mengatakan, Korea Selatan memiliki latar belakang sejarah perekonomian yang tak berbeda jauh dengan Indonesia.

Sebelum mengalami krisis pada era 1998-1999 hingga akhirnya bangkit dan menjadi salah satu negara dengan inovasi teknologi semaju saat ini, Korea Selatan juga pernah menjadi negara miskin di era 1970-an.

Baca juga: Cerita Sri Mulyani Diminta Tak Lagi Kejar-Kejar Pengusaha...

"Saya seminggu dua minggu ini lagi baca buku bangkitnya Korsel. Sebenarnya nasib Indonesia sama dengan Korsel, sama-sama kena krisis 1998-2008. Dia juga sama pernah menjadi negara miskin pada 1970-an-1980-an. Ekspor pertama Korsel itu kulit tikus," ungkap Sri Mulyani dalam acara peresmian National Export Dashboard di kantor Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) di Jakarta, Rabu (27/2/2019).

Dia pun berkelakar, jika seseorang memakai jaket kulit di tahun 1970-an, orang tersebut tengah menggunakan jaket yang diproduksi dari kulit tikus.

"Itu started from that very low. Saya jadi punya pikiran dia buat perlomabaan ekspor tiap daerah. Sehingga para bupati gubernur berlomba-lomba untuk ekspornya," ujar Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani: Jangan Ngeluh Lagi ke Pak Jokowi, Janji Ya...

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu pun menceritakan, bagaimana Korea Selatan akhirnya berhasil meningkatkan nilai ekspor mereka yang tadinya hanya 125 juta dollar AS di tahun-tahun pertamanya melakukan ekspor hingga akhirnya bisa mencapai 10 miliar dollar AS hanya dalam waktu 7 tahun.

Menurut dia, sebuah negara penting untuk memiliki tolak ukur atau benchmark pola ekspor dari negara-negara yang sudah maju. Sebab, hal tersebutlah yang membuat Korea Selatan maju seperti saat ini.

"They learn from negara yang sudah maju, mereka buat benchmark cuma dua negara, Jerman dan Jepang," ujar Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Investor Buru Unicorn Indonesia karena Data...

"Mereka bangga bisa lebih cepat dari benchmarknya Jerman dan Jepang untuk meningkatkan ekspor hingga 10 miliar dollar AS. Jerman takes 15 years dan Jepang takes 10 years. Jadi kalau kita sekarang sudah di atas 100 miliar dollar AS, itu terus yang harus kita approach, kita harus fokus dengan cara yang jelas. Nggak usah nggrambyang ke mana-mana," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com