Karena harga BBM saat ini sudah ditetapkan mendekati harga keekonomian pasar dengan nilai subsidi yang relatif kecil, kemungkinan terjadinya lonjakan tingkat inflasi karena perubahan subsidi BBM seperti masa lalu lebih kecil.
Meski demikian, inflasi masih bisa tetap terjadi apabila harga minyak meningkat tinggi yang disebabkan dengan adanya permintaan penawaran pasar.
Untuk itu, kemampuan pemerintah dan pasar dalam menjaga lonjakan harga barang amat menentukan tingkat inflasi pada masa yang akan datang. Sejauh ini, tingkat inflasi dari lonjakan harga komoditas relatif terkendali walaupun tidak semua harga komoditas stabil.
Berdasarkan data dan kondisi yang ada, maka asumsi inflasi untuk Indonesia ke depan menurut saya akan berkisar antara 4 hingga 6 persen.
Untuk membuat proyeksi berkaitan dengan perencanaan keuangan, tergantung keyakinan dari financial planner terhadap kondisi Indonesia, angka 4-6 persen dapat digunakan.
Meski demikian, untuk masyarakat kelas menengah atas, asumsi inflasi yang digunakan dapat lebih tinggi. Untuk kelompok ini, asumsi tingkat inflasi bisa berkisar antar 7 – 10 persen.
Sebab, kenaikan harga barang dan jasa untuk kelompok ini memang relatif naik lebih tinggi dibandingkan kelompok menengah bawah. Lihat saja dari tahun ke tahun berapa kenaikan harga mobil dan gadget mewah, biaya perawatan kesehatan di kelas VIP dan biaya pendidikan di sekolah nasional dan internasional plus.
Karena terbatas, kenaikan harga segmen ini tidak tecermin dalam survei inflasi secara umum. Namun tentu saja, selalu ada opsi yang lebih murah jika bersedia menurunkan gaya hidupnya.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.