Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Miftah Sabri
CEO Selasar Indonesia

CEO Selasar Indonesia

Anak Tiri Bernama Inovasi

Kompas.com - 26/12/2017, 10:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAna Shofiana Syatiri

BEBERAPA bulan lalu, INSEAD, WIPO, dan Cornell SC Johnson College of Business meluncurkan The Global Innovation Index 2017 edisi ke-10.

Laporan dari proyek bersama tersebut menghasilkan pemeringkatan kinerja inovasi dari 127 negara yang meliputi 97 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia.

Tak terlalu jauh dibanding Laporan tahun lalu, Switzerland berada pada posisi puncak. Di urutan lima besar selanjutnya adalah Swedia, Belanda, Amerika Serikat, dan Inggris.

Satu-satunya negara Asia yang menduduki posisi sepuluh besar adalah Singapura. Sementara China semakin membuktikan diri bahwa negara Tirai Bambu itu proinovasi, yakni dengan menyabet posisi 22.

Menariknya, ada pula dua negara ASEAN lainnya yang masuk ke dalam 50 besar, yaitu Malaysia di peringkat 37 dan Vietnam 47. Thailand berada di urutan ke-51 dan Filipina ke-73.

Nahas, Indonesia hanya mampu berada di uturan ke-87 dan mengantongi skor 30,1 alias tidak sampai separuh dari skor tertinggi yang disandang oleh Swiss sebesar 67,7. Di bawah Indonesia adalah Kamboja di peringkat ke-101.

Jika kita coba bandingkan perkembangan GII Indonesia dan Vietnam, hasilnya agak kurang menggembirakan. Indonesia pernah lebih baik dari Vietnam tetapi tahun-tahun ke belakang Indonesia malah disalip.

Posisi Indonesia pada mulanya lebih tinggi dari Vietnam. Pada 2007, skor Indonesia 2,71 di urutan ke-49. Adapun Vietnam dengan skor 2,38 di urutan ke-65 (pada versi awal range skor adalah 0-10, kemudian berganti menjadi 0-100).

Pada 2009-2010, skor Indonesia persis sama dengan Vietnam, yaitu 2,95, tetapi Vietnam satu peringkat lebih tinggi.

Sialnya, setelah itu, Vietnam melesat kian meninggalkan Indonesia. Pada edisi terakhir, Vietnam justru telah masuk 50 besar, sementara Indonesia di posisi ke-87. Skor Indonesia 30,10 sedangkan Vietnam 38,34.

Rangking dan skor indeks inovasi dirinci per pilar, di antaranya Institutions, Human Capital and Research, Infrastructure, Market Sophistication, Business Sophistication, Knowledge and Technology Outputs, dan Creative Outputs.

Dari semua pilar tersebut, Indonesia tidak mampu berbicara banyak di level dunia dan Asia. Semua pilar rata-rata ada di posisi 50 ke atas.

Salah satu keunggulan Indonesia ada di pilar Market Sophistication, menempati posisi ke-62 pada 2016.

Market sophistication merupakan pilar yang terkait dengan kondisi pasar dan jumlah transaksi. Pilar ini terdiri dari beberapa subpilar, antara lain Credit; Investment; dan Trade, Competition and Market Scale.

Berdasarkan analisis sederhana, diperoleh hasil bahwa letak kekuatan Indonesia ialah pada Trade, Competition and Market Scale dengan Domestic Market Scale sebagai kekuatan utama.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com