Keberadaan seluruh perwakilan pemangku kepentingan dalam satu ruangan yang sama, berdampak positif terhadap pembuatan keputusan bersama mengenai berbagai hal operasional yang dapat diambil secara cepat dan tepat sebagai pelaksanaan Airport Collaborative Decision Making (A-CDM).
Dengan AOCC, seluruh stakeholder di bandara berada di dalam satu ruangan. Dengan 660 kamera CCTV yang tersebar di seluruh kawasan bandara, pengawasan dilakukan petugas selama 24 jam.
Petugas AP1 yang berjumlah 60 orang ditambah 20 petugas dari berbagai institusi terkait mengawasi seluruh operasional bandara melalui 35 personal computer dan 49 video wall.
Koordinasi langsung di ruangan dengan 25 saluran telepon berekstensi diharapkan dapat dilakukan dengan cepat. Dengan begitu, persoalan yang terjadi dapat diselesaikan secara cepat dan tepat.
Baca juga: Airport Tax Naik, Siap-siap Harga Tiket Pesawat Ikut Naik
AOCC dikonsep sejak 1 Mei 2016 dan diwujudkan bersama AP1 pusat dengan cabang-cabang di daerah. "Shadow operation telah dimulai sejak 1 Desember 2017 hingga 28 Februari 2018," kata Handy.
Faik Fahmi menegaskan, AOCC di Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan dilengkapi dengan Airport Operation Control System (AOCS) yang dalam perkembangannya akan menjadi sistem kebandaraudaraan yang terintegrasi.
“AOCC diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional, service level agreement, dan key performance index bandara sebagai wujud komitmen Angkasa Pura I untuk terus meningkatkan kualitas layanan bagi pengguna jasa bandara,“ katanya.
Penerapan A-CDM membutuhkan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan. Selain itu, kerangka regulasi nasional sebagai payung hukum mutlak diperlukan.
Sebagai salah satu komponen A-CDM, Angkasa Pura I sebagai pengelola bandara dan salah satu pemangku kepentingan yang terlibat dalam A-CDM, berinisiatif menyiapkan AOCC sebagai wadah dan tempat bagi para pemangku kepentingan untuk menjalankan tugas dan fungsi masing-masing secara terintegrasi.