Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berita Populer: Kritik Pedas Faisal Basri Terhadap Kenaikan Utang Luar Negeri Indonesia

Kompas.com - 22/03/2018, 06:19 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Data Bank Indonesia (BI) pada akhir Januari 2018 menunjukkan Utang Luar Negeri Indonesia pada akhir Januari 2018 meningkat 10,3 persen (yoy) menjadi 357,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 4.915 triliun (kurs Rp 13.750 per dollar AS).

Adapun rinciannya adalah 183,4 miliar dollar AS atau setara Rp 2.521 triliun utang pemerintah dan 174,2 miliar dollar AS atau setara Rp 2.394 triliun utang swasta.

Baca juga : Ini Cara Pemerintah Melunasi Utang Luar Negeri yang Tembus Rp 4.000 Triliun

Utang luar negeri Indonesia terus naik untuk menanggung subsidi BBM serta pembiayaan infrastruktur yang besar.

Namun, lembaga kajian Indef menungkapkan bahwa utang luar negeri Indonesia bisa lebih besar dari angka yang dirilis BI, yakni hingga Rp 7.000 triliun. Jumlah tersebut merupakan total jumlah utang pemerintah dan swasta.

Baca juga : Indef: Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp 7.000 Triliun

Indef menilai, dari sisi Pemerintah, utang tersebut digunakan dalam rangka menambal defisit anggaran pemerintah. Sementara utang swasta dilakukan oleh korporasi dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Peningkatan utang diestimasi terus berlanjut hingga APBN 2018 bulan Februari menembus angka Rp 4.034,8 triliun dan pada APBN 2018 mencapai Rp 4.772 triliun.

Terus naiknya utang luar negeri Indonesia, terutama untuk pembiayaan infrastruktur membuat Indef khawatir dan perlu mengingatkan pemerintah akan bahayanya.

Indef memberikan contoh sejumlah negara yang gagal merestrukturisasi utang luar negerinya kepada lender, yakni China.

Baca juga : Indef: Utang Luar Negeri Pemerintah Naik Terus dan Tak Produktif

 

Indef menilai, alasan pemerintah menggunakan utang untuk pembangunan sektor infrastruktur juga tak membuahkan hasil yang maksimal, salah satunya sektor padat karya.

Kendati demikian, pihaknya mengakui dampak pembangunan infrastruktur memang akan terlihat dalam jangka panjang, hanya saja saat ini pembangunan infrastruktur yang terlihat masif belum direspons secara positif oleh pelaku usaha. Terlihat dari tendensi bisnisnya yang menurun.

Selain berita mengenai utang luar negeri Indonesia, berita mengenai kasus skimming juga masih menjadi sorotan pembaca Kompas.com.

Berikut lima berita populer di kanal ekonomi Kompas.com pada Rabu (21/3/2018) yang bisa Anda simak kembali pada pagi ini.

1. Bangun Infrastuktur Pakai Utang dari China, Negara-Negara Ini Malah Bangkrut

Besaran utang luar negeri yang dihadapi oleh Indonesia tengah menjadi perhatian. Salah satunya adalah utang luar negeri yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur di Indonesia.

Peneliti di Institute dor Fevelopment of Economics and Finance (INDEF) Rizal Taufikurahman mengungkapkan, ada beberapa negara yang telah menggunakan skema utang dalam membiayai pembangunan infrastruktur, mulai dari Jepang, China, Korea Selatan, Angola, Zimbabwe, Nigeria, Sri Lanka.

Baca juga : Bangun Infrastuktur Pakai Utang dari China, Negara-Negara Ini Malah Bangkrut

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com