Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5,3 Persen Tahun Ini

Kompas.com - 11/04/2018, 13:58 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Pembangunan Asia (ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,3 persen pada tahun 2018 dan 2019. Proyeksi ini seiring dengan naiknya laju investasi dan membaiknya konsumsi rumah tangga.

Proyeksi tersebut dikemukakan ADB dalam laporan bertajuk Asian Development Outlook (ADO) 2018 yang dirilis hari ini, Rabu (11/4/2018). ADB pun menyatakan pengelolaan ekonomi Indonesia yang baik mendorong investasi.

“Manajemen makroekonomi Indonesia yang kuat dan reformasi struktural telah mendorong momentum investasi,” kata Winfried Wicklein, Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia dalam pernyataannya.

Wicklein menuturkan, dengan berlanjutnya upaya reformasi, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dan lebih inklusif.

Baca juga : Dukung Transformasi Teknologi, ADB Kucurkan Rp 10,1 Miliar untuk Indonesia

Dalam laporannya, ADB juga menyatakan, penguatan investasi telah meningkatkan mutu pertumbuhan, dengan pengeluaran modal yang lebih tinggi dari pemerintah membantu mengatasi kesenjangan infrastruktur.

"Laju investasi diperkirakan akan terus meningkat, didorong oleh sentimen bisnis yang positif dari reformasi struktural, bersama dengan percepatan sejumlah proyek strategis nasional," jelas Wicklein.

Pada tahun 2017, perekonomian Indonesia tumbuh 5,1 persen, didorong naiknya pertumbuhan ekspor, menguatnya investasi, dan konsumsi rumah tangga, yang didukung oleh inflasi yang rendah dan pertumbuhan lapangan kerja yang solid, termasuk kontribusi sekitar 1,5 juta pekerjaan baru dari sektor manufaktur.

Inflasi mencapai rata-rata 3,8 persen pada 2017. Inflasi pun diperkirakan akan stabil tahun ini, sebelum sedikit naik ke 4 persen pada 2019.

Baca juga : ADB Kucurkan 1,1 Miliar Dollar AS untuk Sektor Energi Indonesia

"Hal ini akan mendukung kepercayaan konsumen dan membantu mempertahankan pengeluaran rumah tangga dan pendapatan riil pada tahun ini dan tahun depan," tutur Wicklein.

Menguatnya perdagangan global dan harga komoditas internasional yang lebih tinggi pada tahun 2017 membantu mengurangi defisit transaksi berjalan ke 1,7 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Untuk tahun 2018, pertumbuhan ekspor diperkirakan akan melambat, adapun impor masih tetap kuat, ditopang oleh permintaan barang modal.

"Oleh karenanya, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan sedikit meningkat pada 2018 dan 2019," tulis ADB dalam laporannya.

Kompas TV Tidak hanya itu, ada 11 undang-undang terkait investasi yang akan direvisi.  


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com