Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Negara Berkembang, Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Tidak Buruk

Kompas.com - 23/04/2018, 18:08 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia memantau pengaruh penguatan dollar AS terhadap sejumlah mata uang di negara-negara berkembang, menyusul nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang hampir menyentuh posisi Rp 14.000 pada awal pekan ini.

Dari pantauan tersebut, nampak nilai tukar rupiah masih lebih baik dibanding nilai tukar mata uang negara berkembang lain.

"Banyak mata uang emerging (berkembang) yang tertekan jauh lebih dalam, ada turkish lira, ada russian ruble, brazil real, dan seterusnya," kata Direktur Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Rahmatullah saat ditemui di kantornya, Senin (23/4/2018).

Berdasarkan data pergerakan nilai tukar emerging market kalender berjalan atau year to date, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan atau depresiasi sebesar 2,23 persen.

Baca juga : Rupiah Hampir Rp 14.000 Per Dollar AS, BI Sebut Faktor Eksternal Lebih Dominan

 

Beberapa negara lain yang mengalami pelemahan nilai mata uang lebih dalam dari rupiah adalah brazilian real (2,81 persen), indian rupee (3,38 persen), phillipine peso (4,15 persen), dan turkish lira (6,54 persen).

Sementara negara berkembang lain yang nilai mata uangnya mengalami penguatan atau apresiasi terhadap dollar AS adalah thailand baht dan malaysian ringgit. Thailand baht mengalami apresiasi 4,01 persen, sedangkan malaysian ringgit terapresiasi 3,82 persen.

Menurut Rahmatullah, pelemahan rupiah terhadap dollar AS tidak terlepas dari dampak perbaikan ekonomi di Amerika Serikat.

Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh sejumlah negara, melainkan berdampak pada hampir seluruh negara, sehingga siklus ini tidak bisa dicegah dan harus terus ditangani dengan cermat.

Baca juga : Rupiah Melemah, Harga Produk Elektronik Bersiap Naik

"Lagipula, secara umum kan kondisi Indonesia bagus sekali. Kemarin kita baru dapat kenaikan rating lagi, ke depan kita juga masuk bagian dari Bloomberg Barclays Index di bulan Juni, karena situasi global, makanya kita jadi begini," tutur Rahmatullah.

Kompas TV Dalam sebulan, korporasi di Bursa Efek Indonesia saja sudah membayar utang Rp 1 miliar dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com