Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi India Segera Salip China

Kompas.com - 24/04/2018, 09:35 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sumber Forbes

NEW YORK, KOMPAS.com - Ekonomi India mencapai momentum untuk segera menyalip ekonomi terbesar kedua di dunia, China. Hal ini terlihat dari beberapa aspek, salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi.

Dikutip dari Forbes, Selasa (24/4/2018), berdasarkan laporan Dana Moneter Internasional (IMF) bertajuk IMF Economic Outlook, pertumbuhan ekonomi India diprediksi mencapai 7,4 persen pada tahun 2018. Adapun pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi India diprediksi lebih tinggi, yakni 7,8 persen.

"Ekonomi India didorong kuatnya konsumsi swasta dan mulai pudarnya dampak transisi mata uang, serta implementasi pajak barang dan jasa," tulis IMF dalam laporannya.

IMF mengungkapkan, dalam jangka menengah, pertumbuhan ekonomi India diprediksi bakal naik secara gradual. Ini sejalan dengan berlanjutnya implementasi reformasi struktural yang bakal meningkatkan produktivitas dan menggenjot investasi swasta.

Baca juga : Pemerintah India Tolak Penggunaan Mata Uang Virtual

Proyeksi pertumbuhan ekonomi India yang kuat tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China. IMF memproyeksikam pertumbuhan ekonomi China mencapai 6,6 persen pada tahun 2018 dan 6,4 persen pada tahun 2019.

Dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi China diprediksi bakal terganggu. Pehyebabnya adalah peningkatan utang nonfinansial di negara tersebut.

"Dalam jangka menengah, ekonomi (China) diproyeksikan terus bergeser menuju keseimbangan dari investasi menuju konsumsi dan dari industri ke jasa, namun utang nonfinansial diprediksi akan meningkat," jelas IMF.

Secara rata-rata dari tahun 1951 sampai 2017, pertumbuhan ekonomi India secara tahunan berada pada level 6,13 persen.

Baca juga : Prediksi JLL 2018: India Jadi Sasaran Investor Real Estate Global

 

Pertumbuhan ekonomi India pernah mencapai level tertinggi pada kuartal I 2010, yakni sebesar 11,4 persen dan level terendah adalah minus 5,20 persen pada kuartal IV 1979, menurut data Tradingeconomics.com.

Pertumbuhan ekonomi India dimulai dari rendahnya utilitas sumber daya. Kemudian, India bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi dengan penggunaan kelebihan sumber daya manusia dengan lebih baik, menggunakan teknologi yang ada.

Sebaliknya, ekonomi China dimulai dari level utilisasi sumber daya yang tinggi. Kemudian, akhirnya China tidak bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan teknologi yang sudah ada.

China harus berinovasi dan ini tidak mudah. Sebab, struktur ekonomi China saat ini adalah sebagian besar sektor berada di bawah kendali pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Baca juga : Belajar dari Revolusi Putih di India

Kondisi tersebut bisa menjelaskan mengapa India juga akan menyalip China dalam hal daya saing. Dalam 4 tahun terakhir, peringkat daya saing global India naik 20 poin, sementara posisi China cenderung stagnan.

Kompas TV BPS merilis neraca perdagangan Indonesia di bulan Februari 2018.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com