Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani dan Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen yang Dianggap Belum Memuaskan

Kompas.com - 06/06/2018, 09:30 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam rapat kerja bersama Komisi XI di DPR RI pada Selasa (5/6/2018), anggota dewan banyak mempertanyakan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir.

Mereka bahkan menilai kemampuan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati lambat laun jadi tumpul hanya karena pertumbuhan ekonomi tidak mencapai target yang ditetapkan sebelumnya.

Dalam acara buka puasa bersama Forum Komunikasi Wartawan Ekonomi Makro (Forkem) di Kementerian Keuangan kemarin, Sri Mulyani menceritakan berbagai hal yang perlu diantisipasi Indonesia sembari tetap meningkatkan geliat perekonomian dalam negeri. Dia juga menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen adalah hal yang baik.

"Kalau ekonomi Indonesia sekarang pada level 5 persen, mungkin dari sisi politik tidak tinggi seperti yang dijanjikan. Tapi, dengan ekonomi 1 triliun dollar AS, kita itu sudah tumbuh positif dan cukup tinggi," kata Sri Mulyani.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen. Jika ditarik mundur ke belakang, pertumbuhan ekonomi memang masih pada kisaran yang sama, yaitu 5,07 persen pada tahun 2017, 5,03 persen pada 2016, 4,88 persen pada 2015, serta 5,01 pada 2014.

Pemerintah sendiri menetapkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 bisa mencapai 5,4 persen. Sedangkan untuk 2019, pemerintah bersama DPR telah menyepakati pertumbuhan ekonomi diproyeksi pada kisaran 5,2 sampai 5,6 persen.

Tantangan Indonesia dalam mewujudkan target pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari dinamika kondisi global saat ini dan yang akan datang. Salah satunya dari normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat serta ketidakpastian perdagangan global.

"Kami mengkombinasi kebijakan fiskal yang tetap suportif namun memiliki space yang bisa dibangun, supaya kalau kondisi menghendaki atau meminta pemerintah melakukan counter cyclical, kami sudah punya space tersebut. Ini yang melatarbelakangi kebijakan ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal kita untuk 2019," tutur Sri Mulyani.

Untuk pelaksanaan APBN tahun ini, Sri Mulyani menyebut akan tetap suportif, namun selektif. Suportif dalam arti tetap mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi selektif dalam memberikan dukungan kepada sektor-sektor tertentu.

"Ini berarti sinyal kepada kementerian/lembaga untuk belanja secara lebih efisien dan selektif atau menggunakan skema KPBU (Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha)," ujar Sri Mulyani.

Bentuk dukungan lain dari pemerintah adalah memberikan berbagai jenis insentif dalam rangka meningkatkan laju dunia usaha. Insentif yang dimaksud di antaranya tax allowance, tax holiday, penurunan rate pajak UMKM, industri padat karya berorientasi ekspor, dan insentif untuk perusahaan rintisan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Whats New
Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com