BONTANG, KOMPAS.com - Margin bunga bersih (net interest margin) beberapa bank BUMN di Indonesia pada kuartal III 2018 ini cenderung turun jika dibandingkan dengan kuartal III 2017.
Dari beberapa bank yang telah mengeluarkan kinerja keuangan kuartal III 2018, penurunan terbesar dibukukan oleh BRI sebesar 40 basis points (bps) menjadi 7,61 persen.
Kemudian BNI yang juga mengalami penurunan NIM sebesar 21 bps menjadi 5,31 persen. Adapun BTN mencatatkan penurunan NIM sebesar 14 bps menjadi 4,35 persen, sedangkan Mandiri turun 12 bps menjadi 5,52 persen.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Suprajarto menjelaskan, turunnya NIM yang cukup tajam disebabkan kenaikan suku bunga suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) yang telah mencapai 150 bps menjadi 5,75 persen. Naiknya suku bunga BI turut menaikkan biaya bunga simpanan, namun kenaikan tersebut tidak serta merta diikuti oleh suku bunga kredit.
Baca juga: Ini Tantangan yang Dihadapi Industri Perbankan ke Depan
"Biaya bunga simpanan kan naik, tapi tidak diikuti secara otomatis suku bunga pinjaman. karena (penyaluran kredit) kan kita kecil-kecil, jadi nggak mungkin yang kecil-kecil kita naikin, NIMnya kan otomatis langsung ke geret ke bawah," ujar Suprajarto ketika ditemui Kompas.com di acara Rapat Koordinasi BUMN di Bontang, Minggu (28/10/2018).
Namun, meski cukup besar, Suprajarto menilai turunnya NIM masih cukup normal. Dia menjelaskan, hingga kuartal III ini BRI memang belum menaikkan suku bunga kreditnya. Namun pada bulan November mendatang pihaknya akan menaikkan bunga kredit hingga 0,5 persen.
"Belum naik kita, makanya NIMnya anjlok. Tapi November ini mau enggak mau harus. Paling 50 bps. Tapi itu UKM juga sudah teriak," jelas dia.
Senada dengan Suprajarto, dalam kesempatan yang sama Direktur Utama Mandiri Kartika Wirjoatmodjo dan Direktur Utama BTN Maryono pun mengatakan, naiknya biaya bunga yang tidak dibarengi dengan kenaikan bunga kredit mendorong NIM cenderung turun.
"Suku bunga BI itu kan naik, otomatis kita naikkan pricing bunga, sedangkan kredit kita belum menaikkan, sehingga antara pendapatan bunga dan biaya bunga itu lebih cepet kenaikan biaya bunga," jelas Maryono.
"NIM kan turun karena memang kita kan likuiditas ketat dan acuan BI meningkat," tambah Kartika.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan