Agus menjelaskan, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat komunal, sehingga pihaknya pun memberdayakan kalangan komunitas untuk agen perisai.
"Banyak komunitas, mereka bisa lebih percaya, menerima orang di sekelilingnya dari pada di luar. Nah orang komunitas itu kami rekrut," sebutnya.
Hal itu terbukti dengan penambahan kepesertaan yang dinilai Agus luar biasa. Hingga kini tercatat 4.000 agen Perisai, dengan 3.500 orang yang aktif. Mereka berhasil menambah kepesertaan 400.000 pekerja dalam kurun waktu 10 bulan ini. Adapun iuran yang diperoleh mencapai Rp 32 miliar.
Mantan bankir ini menyebut, selain memberdayakan komunitas, pihaknya juga menggunakan teknologi digital untuk menunjang kinerja Perisai supaya lebih efektif dan efisien.
"Kami berpikir bahwa key succes factor untuk sistem keagenan ini adalah satu, memberdayakan komunitas dan kedua didukung oleh teknologi digital. Sekarang pendaftarannya itu semua paperless, tidak ada dokumen apapun, peserta kita menerima bukti ini secara digital juga," papar dia.
Agus menjelaskan, agen Perisai mendapatkan insentif berupa komisi akuisisi sebesar Rp 500.000 sebulan dengan syarat bisa mendapatkan 50 peserta baru. Selain itu agen juga mendapat komisi 7,5 persen dari iuran yang terkumpul.
"Sekarang ini sudah ada yang pendapatannya Rp 20 jutaan sebulan," ucapnya.
Dia menyebut penerapan Perisai ini memberikan beberapa keuntungan, mulai dari sisi jumlah kepesertaan yang bertambah lebih cepat, kemudian membuka lapangan kerja baru dengan gaji cukup besar. "Kita juga membantu program pemerintah dengan peningkatan kompetensi SDM," sebut Agus.
Pada kesempatan itu, 10 orang agen Perisai terbaik dibawa ke Tokyo untuk hadir dalam World Sharoushi Symposyium, yang sekaligus 50 tahun pembentukan Sharoushi. Selain itu mereka juga mendapatkan pelatihan terkait Sharoushi.
"Kami kerja sama denga JICA (Japan International Cooperation Agency), sepenuhnya mereka ke sini dibiayai JICA. Mereka yang terbanyak mengakusisi dan bisa menjaga keberlangsungan pembayarannya," ucap Agus.
Yuliani, salah seorang agen Perisai yang hadir di Tokyo, mengaku dalam sebulan sudah mendapatkan penghasilan sekitar Rp 21 jutaan. Ibu rumah tangga dari Tangerang ini sudah berhasil mengakuisisi 5.300 peserta yang aktif.
"Insya Allah bulan ini, ikatan motor akan masuk sekitar 1.600 peserta kalau closing," ucapnya.
"Namun memang menggarap orang itu tidak mudah. Tetapi kita tidak patah semangat, butuh kesabaran," tambah wanita beranak 3 ini.
Sementara agen Perisai dari Bali, Azis menyebutkan dirinya sudah merekrut 3.000 pekerja non formal. Dia mengaku mendapatkan insentif sebesar Rp 10 juta per bulan. Meski demikian dia mengaku tidak terlalu memikirkan insentif yang didapatnya.
"Kami tergerak untuk membantu para pekerja yang belum terdaftar, saya tidak melihat insentif yang didapat," ucap pria yang sebelumnya menjadi agregator di BPR itu.