Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Javara Membawa Produk Pangan Indonesia ke Mancanegara

Kompas.com - 18/12/2018, 06:00 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Setidaknya ada sekitar 800 jenis produk Javara mampu menembus pasar global. Jenis produk dari beras, kopi, madu, aneka rempah, kokoa, kacang mete, gula aren, minyak kelapa, selai, pisang, bumbu, rumput laut dan berbagai jenis produk lainnya berhasil mendapatkan apresiasi dari sejumlah negara lain.

"Kita rangenya cukup banyak karena kita mulai dari produk pertanian, hutan, laut, ada yang dari lahan kering, gambut. Sekarang saya lagi pelatihan petani lahan gambut di Kalimantan dan Jambi," ujar dia.

Hambatan

Dibalik kisah suksesnya saat ini rupanya Helianti pada awal kariernya sempat mengalami kegagalan. wanita lulusan Kings College University of London ini sempat kesulitan memasarkan produknya di dalam negeri.

Harga produk yang lebih mahal ketimbang yang lain sempat membuat Javara tak diminati oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, produk Javara juga sempat kesulitan didaftarkan.

"Aku sempet enggak bisa jualan beras, baru 18 bulan setelahnya izinnya keluar. Goverment bilang harus terdaftar di Kementan, ternyata unit pendaftarannya belum dibuka. Banyak produk kita yang enggak bisa masuk ke lokal akhirnya ekspor," ucap dia.

Namun, kegagalan itu tak membuat Helianti patah arang. Helianti coba membelokan pangsa pasarnya ke pasar internasional.

Hasilnya, warga asing malah lebih menyenangi produk pangan organik Javara. Pada 2014 lalu, produk Javara 90 persen di ekspor.

"Dulu ekspor kita pakai karena we dont have any other way, terutama untuk produk yang kita enggak bisa rilis di Indonesia karena faktor regulasi. Kita sempat di 2014 90 persen ekspor," kata Helianti.

Namun, seiring perubahan prilaku konsumen produk Javara mulai digandrungi di dalam negeri.

"Kita sekarang adanya sosial media dan trend foodies yang berkembang di indonesia, dapat benefit, karena sebenarnya lebih enak jualan di negeri sendiri. Lebih shorter mata rantainya, margin kita lebih gede. Sekarang presentase pemasaran produknya hampir fifthy-fifthy," ujar Helianti.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com