Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

September 2017, Nilai Tukar Petani Naik 0,61 Persen

Kompas.com - 02/10/2017, 14:55 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada September 2017 sebesar 102,22 atau naik 0,61 persen dibanding NTP bulan sebelumnya.

Kenaikan NTP dikarenakan indeks harga yang diterima petani (lt) naik sebesar 0,49 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (lb) turun sebesar 0,12 persen.

Adapun NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.

NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, maka semakin kuat pula kemampuan daya beli petani.

(Baca: Petani Hingga Pensiunan Tak Akan Disentuh Aturan Baru Pajak )

"Kenaikan NTP pada September 2017 itu berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 33 provinsi di Indonesia. Kenaikan NTP ini disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian mengalami kenaikan, sedangkan indeks harga barang dan jasa yang dibayar mengalami penurunan," kata Kepala BPS Suhariyanto, di kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (2/10/2017).

Pada September 2017, NTP Provinsi Sumatera Selatan mengalami kenaikan tertinggi sebesar 2,16 persen dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya.

Sedangkan NTP Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan terbesar sebesar 0,95 persen dibandingkan NTP provinsi lainnya.

Suhariyanto menjelaskan, kenaikan NTP September 2017 dipengaruhi oleh naiknya NTP pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 1,60 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,18 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,18 persen.

Sementara itu, subsektor tanaman holtikultura dan subsektor peternakan mengalami penurunan, masing-masing sebesar 0,37 persen dan 0,40 persen.

Selain itu, It secara nasional naik sebesar 0,49 persen pada September 2017 dibanding It Agustus 2017, yakni dari 130,31 menjadi 130,94.

Kenaikan It pada September 2017 disebabkan naiknya It pada subsektor tanaman pangan sebesar 1,41 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,09 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,10 persen.

Sementara It subsektor holtikultura dan subsektor peternakan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,54 persen dan 0,41 persen.

Secara nasional, Ib pada September 2017 turun sebesar 0,12 persen dibandingkan dengan Ib Agustus 2017, yaitu dari 128,25 menjadi 128,10.

"Penurunan Ib disebabkan turunnya Ib di semua subsektor pertanian," kata Suhariyanto.

Penurunan Ib di subsektor tanaman pangan sebesar 0,19 persen, subsektor tanaman holtikultura sebesar 0,17 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,09 persen, subsektor peternakan sebesar 0,01 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,09 persen.

Kompas TV Hari ini (27/9) sejumlah massa petani dan elemen masyarakat, menggelar unjuk rasa memperingati Hari Tani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com