Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Senang dan Sedih Susi di Natuna

Kompas.com - 10/08/2017, 15:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorMuhammad Fajar Marta

Kapal-kapal itu berpesta-pora mencuri ikan hingga merugikan negara triliunan rupiah setiap tahunnya. Yang lebih tragis, nelayan-nelayan lokal terpinggirkan karena tak kebagian ikan.

Begitu didapuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan pada akhir 2014, Susi pun langsung menyatakan perang dengan praktik illegal fishing di seluruh perairan Indonesia.

Dengan dukungan penuh Presiden Joko Widodo, Susi dan jajarannya pun melakukan gebrakan besar.

Praktik illegal fishing bukan sekadar pencurian ikan biasa. Praktik tersebut erat kaitannya dengan megakongkalikong yang melibatkan pejabat, birokrat, militer, dan pengusaha kakap di negeri ini. Maklum, belum banyak yang tahu bahwa laut menyimpan kekayaan begitu besar. Dengan kongkalikong, kekayaan itu bisa dikeruk dengan membabi-buta secara ilegal.

Ironisnya, mereka semua hanya proksi asing. Hampir semua kapal illegal fishing yang mereka backing merupakan kapal yang dimiliki dan dikendalikan pihak asing. Jadi, asinglah yang paling menikmati kekayaan laut Indonesia.

Berpuluh-puluh tahun, tak ada yang mampu menghancurkan tembok tebal mafia perikanan di laut. Instansi-instansi pengawas perairan bukannya tak pernah menangkap kapal illegal fishing. Namun, kepal-kapal itu terpaksa dilepaskan kembali karena tiba-tiba ada pejabat yang mengintervensi proses hukumnya.

Susi datang dengan misi menghancurkan tembol tebal itu. Dengan keberanian, nasionalisme, konsistensi, dan keteguhannya, Menteri Susi pun melakukan hal-hal yang kemudian dianggap ajaib oleh banyak orang.

Di bawah komandonya, aparat sipil dan militer kompak bahu-membahu dan bekerja keras mengejar dan menangkap kapal illegal fishing.

Para duta besar negara yang nelayannya banyak melakukan illegal fishing dikumpulkannya. Kepada mereka, Susi mengingatkan, mulai saat ini pemerintah akan menegakkan hukum di laut. Para duta besar itu diminta untuk menginformasikan kepada para nelayan di negaranya masing-masing untuk tidak lagi mencuri ikan di perairan Indonesia.

Jika masih ada nelayan asing yang nekad mencuri ikan di perairan Indonesia, Susi menegaskan, pihaknya tak akan ragu-ragu menangkap dan menenggelamkan kapalnya.

Susi juga menemui para pengusaha kakap yang disebut-sebut sebagai mafia perikanan. Susi meminta mereka untuk tidak lagi melakukan illegal fishing dan mengajak mereka mengikuti kebijakan pemerintah saat ini.

Jika mereka masih melakukan illegal fishing, berarti mereka melawan kebijakan pemerintah dan akan berhadapan dengan hukum.

Berkat diplomasi dan bujukannya, semua akhirnya menurut. Para duta besar tak mendebat. Para mafia perikanan berjanji akan menghentikan praktik illegal fishing-nya. 

Susi pun tak asal gertak. Ia membuktikan kata-katanya. Kapal illegal fishing yang tertangkap tangan diledakkan dan ditenggelamkan. Kini sudah 317 kapal illegal fishing ditenggelamkan.

Cerita penenggelaman kapal yang dilakukan pemerintah Indonesia pun bergema ke seluruh dunia. Para pelaku illegal fishing di seluruh dunia bergidik. Mereka tak menyangka, Indonesia benar-benar berani menenggelamkan kapal.

Halaman:


Terkini Lainnya

SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Bakal 'Buyback' Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Bakal "Buyback" Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Whats New
Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Whats New
Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Whats New
Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Whats New
Membangun Bisnis Kuliner bersama Boga Hiji

Membangun Bisnis Kuliner bersama Boga Hiji

Whats New
Di Tengah Penurunan Penjualan Unit Baru, Tren Kredit Kendaraan Tetap Tumbuh

Di Tengah Penurunan Penjualan Unit Baru, Tren Kredit Kendaraan Tetap Tumbuh

Whats New
RUPST, Emiten Boy Thohir ADRO Angkat Direktur Baru

RUPST, Emiten Boy Thohir ADRO Angkat Direktur Baru

Whats New
Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Whats New
Sri Mulyani Sebut Sedang Siapkan Anggaran Pemerintah Prabowo-Gibran

Sri Mulyani Sebut Sedang Siapkan Anggaran Pemerintah Prabowo-Gibran

Whats New
Nilai Ekspor Indonesia Naik Jadi 19,62 Miliar pada April 2024

Nilai Ekspor Indonesia Naik Jadi 19,62 Miliar pada April 2024

Whats New
Adaro Energy Bakal Tebar Dividen Final Rp 6,4 Triliun Tahun Ini

Adaro Energy Bakal Tebar Dividen Final Rp 6,4 Triliun Tahun Ini

Whats New
Masuknya Starlink Dikhawatirkan Ancam Bisnis Operator Lokal, Luhut: Semua Harus Berkompetisi

Masuknya Starlink Dikhawatirkan Ancam Bisnis Operator Lokal, Luhut: Semua Harus Berkompetisi

Whats New
OJK Bakal Bikin Ketentuan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Listrik

OJK Bakal Bikin Ketentuan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Listrik

Whats New
Eks Pejabatnya Ditahan KPK Kasus Pengadaan Lahan, PTPN Sebut Dukung Proses Hukum

Eks Pejabatnya Ditahan KPK Kasus Pengadaan Lahan, PTPN Sebut Dukung Proses Hukum

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com