Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Senang dan Sedih Susi di Natuna

Kompas.com - 10/08/2017, 15:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorMuhammad Fajar Marta

Perairan Indonesia menjadi salah satu yang paling ditakuti. Kendati demikian, dunia tidak marah kepada Indonesia. Mereka justru respek dengan apa yang dilakukan Menteri Susi. Sebab, memang seperti itulah tugas pemerintah yang benar, melakukan pengaturan di laut demi kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan sektor perikanan.

Kini, Indonesia menikmati hasilnya. Ribuan kapal-kapal illegal fishing lenyap dari perairan Indonesia. Kapal pencuri ikan memang masih ada dan niscaya akan tetap ada, namun tak banyak lagi sehingga mudah untuk dilumpuhkan.

Sektor perikanan Indonesia seketika menjadi terang benderang, tak lagi hitam bagai rimba belantara seperti dulu. Kekayaan laut yang dulu dinikmati pihak asing kini dinikmati nelayan dan pengusaha perikanan nasional.

Produk domestik bruto (PDB) sektor perikanan meningkat seiring naiknya tangkapan nelayan dan menggeliatnya bisnis perikanan. Hampir seluruh parameter sektor perikanan membaik sejak diberantasnya kapal-kapal illegal fishing. Penerimaan negara dari pajak dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor perikanan pun meningkat.

Tak hanya mendorong kemajuan sektor perikanan, kebijakan Susi pun menyelamatkan kekayaan triliunan rupiah dari potensi kerugian akibat illegal fishing. Belum lagi penyelamatan keuangan negara triliunan rupiah akibat kerugian dari bahan bakar minyak (bbm) yang dipakai oleh kapal-kapal illegal fishing.

“Lihat…sekarang perairan Natuna sudah bersih dari kapal illegal fishing,” katanya sambil menatap tajam laut lepas di depannya.

Susi tak melanjutkan ceritanya. Sekonyong-konyong ia terdiam sambil tetap memandang laut. Matanya berkaca-kaca.

“Saat ini saya sangat bahagia melihat Natuna. Tapi secara bersamaan, saya juga sedih. Senang dan gembira seperti menyatu saat ini,” katanya kemudian.

Susi senang karena nelayan-nelayan Natuna bisa berdaulat di negeri sendiri. Namun ia juga sedih karena tak semua orang bersyukur atas pencapaian tersebut.

Masih saja ada pihak-pihak yang mempertanyakan kenapa kapal-kapal illegal fishing harus ditenggelamkan.

Pihak-pihak itu tidak sadar bahwa penenggelaman kapal lah yang membuat kapal-kapal illegal fishing takut untuk mencuri ikan dari perairan Indonesia. Lebih dari itu, penenggelaman kapal merupakan simbol dari berdaulatnya sektor perikanan Indonesia.

Kedaulatanlah yang akan membawa sektor perikanan tumbuh berkelanjutan dan mensejahterakan. Tanpa kedaulatan, sektor perikanan Indonesia akan mati, seperti dulu.

Susi juga sedih karena masih ada pihak-pihak yang mempertanyakan apa langkah lanjutan Susi setelah pemberantasan illegal fishing, seolah-olah apa yang dikerjakan Susi dan jajarannya tiada artinya.

Pihak yang bertanya tersebut seolah tak menyadari bahwa kini semangat para nelayan untuk melaut kembali bangkit karena mereka kini yakin laut bisa diandalkan sebagai sumber penghasilan mereka dan anak cucu di kemudian hari.

“Nelayan dan masyarakat kini bisa melihat bahwa laut adalah masa depan bangsa. Itulah yang dicita-citakan Presiden Jokowi dan bangsa ini,” katanya.

Kompas TV "Indonesia Berhak Ganti Nama Lautnya Sendiri"


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

InJourney Group Dukung Kelancaran Ibadah Waisak

InJourney Group Dukung Kelancaran Ibadah Waisak

Whats New
Serba Canggih, Luhut Takjub Lihat Kapal OceanXplorer

Serba Canggih, Luhut Takjub Lihat Kapal OceanXplorer

Whats New
BRI Beri Apresiasi untuk AgenBRILink Terbaik

BRI Beri Apresiasi untuk AgenBRILink Terbaik

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja hingga 7 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja hingga 7 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Bos Garuda Beberkan Kronologi Pesawat Terbakar di Makassar

Bos Garuda Beberkan Kronologi Pesawat Terbakar di Makassar

Whats New
Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

Whats New
PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

Whats New
Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Whats New
Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Whats New
Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Whats New
PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

Whats New
KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

Whats New
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Whats New
Pengembangan Hub 'Carbon Capture and Storage', Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Pengembangan Hub "Carbon Capture and Storage", Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com