Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Utang Indonesia

Kompas.com - 09/04/2018, 12:52 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Membengkaknya utang Indonesia mendapatkan sorotan dari dari sejumlah pihak. Terbaru, mantan Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Rizal Ramli, turut berpandangan utang negara kian mengkhawatirkan.

"Sudah lampu kuning, sudah gali lubang tutup jurang karena primary balance negatif, debt service ratio sudah 39 persen, tax ratio hanya 10 persenan karena pengelolaan fiskal tidak prudent (ugal2an)," demikian penggalan pandangan Rizal dalam Facebooknya, tentang kondisi utang negara saat ini.

Selain Rizal, Kepala Divisi Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahean, bahkan menantang Presiden Joko Widodo untuk membuka riwayat data utang negara.

Hal itu menanggapi pernyataan Presiden saat berpidato di Bogor, beberapa waktu lalu, yang mana Jokowi menyinggung utang yang sudah ada sejak dirinya belum memimpin.

"Kalau bunga utang jd utang, berarti pak @jokowi tdk pernah bayar cicilan dan bunga utang negara sehingga di konversi jd utang? Trus utang2 yg bertambah di era bapak itu bkn utang negara? Mk itu perlu pak Presiden membuka data utang kita secara terbuka," sebut Ferdinand melalui akun Twitter miliknya, @LawanPoLitikJKW.

Baca juga: Sri Mulyani: Masalah Utang Jangan Jadi Manuver Politik yang Destruktif

Kementerian Keuangan mencatat, jumlah utang negara mencapai angka Rp 4.000 triliun. Angka itu  masih di bawah 30 persen rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan Undang-Undang Keuangan Negara, posisi utang Indonesia terpantau masih di bawah batas maksimal yang diterapkan, yakni 60 persen terhadap PDB.

"Artinya, Indonesia masih mempunyai kemampuan untuk membayar utang sebanyak tiga kalinya," kata Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Nufransa Wira Sakti, beberapa waktu lalu.

Pandangan Ferdinand soal utang dan bunga utang berhubungan dengan pernyataan Rizal mengenai keseimbangan primer. Menurut Rizal, keseimbangan primer Indonesia yang masih negatif berarti sama saja dengan membayar bunga utang negara dengan utang yang baru.

Keseimbangan primer adalah penerimaan negara dikurangi belanja, di luar pembayaran bunga utang.

Berdasarkan data yang ada, keseimbangan primer Indonesia memang masih negatif, yakni minus Rp 121,5 triliun pada 2017. Menurut Nufransa, pemerintah telah mengalami defisit keseimbangan primer sejak 2012 dan terjadi penurunan angka defisit dari lima tahun terakhir.

Sebagai gambaran, keseimbangan primer 2013 minus Rp 98,6 triliun, 2014 minus Rp 93,3 triliun, 2015 minus Rp 142,5 triliun, dan 2016 minus Rp 125,6 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menyatakan pihaknya berkomitmen menurunkan defisit keseimbangan primer hingga sampai titik seimbang, bahkan surplus.

Baca juga: Cerita Zimbabwe Gagal Bayar Utang ke China, hingga Izinkan Mata Uang jadi Yuan

Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro, ada dua cara untuk mencapai keseimbangan primer, yaitu menurunkan belanja atau meningkatkan penerimaan. Jika belanja diturunkan, dampaknya akan mengganggu pertumbuhan, sehingga yang ditempuh pemerintah adalah meningkatkan penerimaan.

Dalam hal penerimaan, tax ratio pada 2017 tercatat sebesar 10 persen. Tax ratio merupakan perbandingan jumlah penerimaan pajak dengan PDB. Untuk tax ratio, diakui Nufransa masih agak kecil dibandingkan negara lain karena di Indonesia belum memperhitungkan pajak daerah serta jaminan sosial.

Nufransa mengatakan, pemerintah telah menjalankan reformasi perpajakan setelah program tax amnesty selesai, dalam rangka meningkatkan tax ratio. Reformasi perpajakan dibarengi dengan reformasi di bea dan cukai.

"Inipun dilakukan secara hati-hati, disertai perbaikan pelayanan oleh Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai agar tidak memperlemah pertumbuhan ekonomi. Itu jelas bukan program ugal-ugalan," sebut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indonesia Jadi Tuan Rumah World of Coffee Trade Show 2025

Indonesia Jadi Tuan Rumah World of Coffee Trade Show 2025

Whats New
KKP Gelontorkan Rp 46,6 miliar untuk Teknologi Modern Budidaya Ikan Nila Salin

KKP Gelontorkan Rp 46,6 miliar untuk Teknologi Modern Budidaya Ikan Nila Salin

Whats New
Cadangan Devisa Merosot, Bos BI: Enggak Usah Insecure..

Cadangan Devisa Merosot, Bos BI: Enggak Usah Insecure..

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha TaniFund, Ini Alasannya

OJK Cabut Izin Usaha TaniFund, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Logistik Pertambangan MAHA Bakal Tebar Dividen, Simak Besarannya

Emiten Logistik Pertambangan MAHA Bakal Tebar Dividen, Simak Besarannya

Whats New
Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com