Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelemahan Ekspor Indonesia: Lebih Banyak untuk Pesanan

Kompas.com - 08/05/2018, 12:53 WIB
Aprillia Ika

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar ekspor Indonesia tidak kalah dari Malaysia, Filipina dan Vietnam membuat semua stakeholder saat ini berupaya mendorong ekspor.

Pemerintah sendiri berupaya mendorong pengembangan ekspor untuk industri padat karya seperti industri makanan minuman dan tembakau, industri kulit dan barang dari kulit, industri mainan anak, industri tekstil dan pakaian jadi, industri alas kaki serta industri furnitur.

Sayangnya, ekspor Indonesia kebanyakan masih bersifat memenuhi pesanan atau order, atau pembeli datang. Sifatnya bukan menyerang atau struggle atau masuk ke negara lain. Artinya, produk ekspor Indonesia belum menuju produk ekspor yang berdaya saing. Hal ini dipandang sebagai kelemahan ekspor Indonesia.

Baca juga : BI: Jangan Meributkan Utangnya, tapi Ekspornya...

Staf Khusus Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edy Putra Irawady memaparkan hal itu pada acara Seminar Nasional BI dan ISEI bertema Pengembangan dan Pembiayaan Industri Padat Karya Berorientasi Ekspor di Yogyakarta, Senin (7/5/2018).

"Sepanjang saya bekerja di pemerintahan ekspor Indonesia tidak lebih dari 1 persen demand dunia. Oleh karena itu perlu terobosan baru seperti bagaimana kita membuat kebijakan untuk mengembangkan dinamika pasarnya. Indonesia sendiri sebenarnya sudah punya daya pikat dan daya tarik untuk itu, tapi belum punya daya saing," papar Edy.

Menurut dia, daya saing ekspor Indonesia kurang karena dari sisi policy saja beban regulasi yang ditanggung investor banyak. Padahal ada daya pikat dan daya tarik seperti letak geografis strategis dan populasi besar dengan keamanan yang stabil, ditunjang rating ekonomi yang baik.

Baca juga : Suku Bunga Acuan AS Diprediksi Mencapai 3 Persen, Ini Antisipasi BI

Namun, ekspor Indonesia kalah dari Vietnam. Menurut Edy, itu karena di Vietnam pelabuhannya sudah ada direct call dengan negara investor dan sudah menerapkan untuk jadi supply chain. Sementara pelabuhan indonesia masih sekadar naik turun barang.

Untuk mendorong ekspor, sebenarnya sudah ada respon kebijakan seperti simplifikasi kebijakan berupa diskon tarif hingga penurunan harga gas sejak 2015. Kepastian berbisnis juga dijamin dengan penerbitan paket kebijakan hingga paket 15. Juga dilakukan tata niaga impor.

Edy mengusulkan adanya sejumlah terobosan agar ekspor Indonesia meningkat. Misal, dengan value creation atau inovasi produk ekspor sehingga nilainya meningkat. Hal ini dilakukan dengan menerapkan standar produk ekspor kelas dunia.

Baca juga : Di Hadapan PM Li, Jokowi Berharap Ekspor RI ke China Bisa Ditingkatan

Kemudian, meningkatkan industrialisasi produk unggulan komparatif Indonesia seperti produk turunan kayu manis, akar wangi dan sebagainya. Juga, mengoptimalkan pemanfaatan berbagai skema fasilitas perdagangan untuk meningkatkan produk global value chain seperti KEK, KITE dan sebagainya.

"Juga diperlukan untuk mengembangkan temuan baru produk ekspor, memperluas pasar melalui perluasan perjanjian kerja sama internasional dan penguatan kelembagaan seperti penguatan infrastruktur pelabuhan," pungkas Edy.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kurang senang dengan capaian ekspor Indonesia. Sebab meski jumlah sumber daya manusia Indonesia jauh lebih besar dibandingkan sejumlah negara di Asia Tenggara, namun volume sekaligus nilai ekspor mereka jauh lebih besar dibandingkan Indonesia.

"Kita ini negara besar, dengan SDM besar. Masa ekspor kita kalah dengan Malaysia, Filipina dan Vietnam? Kalah kita," ujar Jokowi.

"Kalau diterus-teruskan, kita enggak mau mengubah seperti apa yang tadi saya sampaikan, maka bisa-bisa kita ditinggal lagi sama Laos dan Kamboja. Kalah kita sudah," lanjut dia.

Mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo tersebut berharap seluruh kepala daerah merespons dengan cepat situasi ini.

"Daerah harus berani mereformasi besar-besaran untuk mempermudah iklim usaha, iklim investasi. Zamannya sudah berubah," ujar Jokowi dalam pidatonya di acara Rapat Kerja Pemerintah bersama Bupati dan Wali Kota se-Indonesia di JI-EXPO, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (28/3/2018).

Kompas TV Mitsubishi Motors meresmikan ekspor perdana Mitsubishi Xpander ke beberapa negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

Whats New
Namanya 'Diposting' Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Namanya "Diposting" Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Whats New
Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Whats New
Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Whats New
Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Whats New
Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Whats New
Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
BKKBN Sosialisasi Cegah 'Stunting' melalui Tradisi dan Kearifan Lokal 'Mitoni'

BKKBN Sosialisasi Cegah "Stunting" melalui Tradisi dan Kearifan Lokal "Mitoni"

Whats New
Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Work Smart
Tumbuh 22,1 Persen, Realisasi Investasi RI Kuartal I 2024 Capai Rp 401,5 Triliun

Tumbuh 22,1 Persen, Realisasi Investasi RI Kuartal I 2024 Capai Rp 401,5 Triliun

Whats New
Cara Menjawab 'Apakah Ada Pertanyaan?' Saat Wawancara Kerja

Cara Menjawab "Apakah Ada Pertanyaan?" Saat Wawancara Kerja

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com