Bahkan Dean juga mengecek langsung lahan petaninya hingga berbagai administrasinya. Ia juga menugaskan orang untuk memberikan pendampingan kepada petani tersebut secara melekat.
Ilmu ekonomi yang ia miliki digunakan secara maksimal dengan membuat berbagai perhitungan bisnis, mulai dari awal pembenihan, efektivitas pengunaan lahan, pemupukan, hingga standar harga jual.
Hasil memang tak mengkhianati proses.
Dengan ketelitian dan ketekunannya, jumlah jagung yang dihasilkan dari lahan yang ia sewa ternyata meningkat, begitupun kualitasnya. Hal ini membawa angin segar untuk pendapatannya yang juga meningkat.
Baca juga: Mentan Minta Bulog Serap Hasil Panen Jagung Petani
Dean tak pelit membagi ilmunya ke ke petani lain. Ia justru membuka seluas-luasnya kemitraan dengan para petani jagung di Lombok.
Bahkan, ia juga mengirim para rekan kerjanya untuk memberikan pendampingan kepada petani, mulai dari rencana tanam hingga panen.
Berbagai program edukasi dibuat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jagung dari lahan yang dimiliki petani.
Baca juga: Antisipasi Paceklik, Pemerintah Siapkan Skema Serap Gabah dan Jagung
Hasilnya, kini 7.000 petani NTB ikut bermitra dengan Dean. Total luas lahan yang dikelola mencapai 7.000 hektar. Dari angka itu, 5 hektar lahan dikelola sendiri olehnya.
Produksi jagung di NTB pun terus meningkat dari 300.000 ton per tahun pada 2007, menjadi 2,5 juta ton pada 2018.
"Dampaknya ke pendapatan mereka yang meningkat. Tadinya enggak punya motor, jadi punya motor. Tadinya punya motor, sekarang bisa beliin motor untuk anaknya. Dulu yang rumahnya pakai bilik, sekarang sudah pakai beton. Itu yang membuat saya jatuh hati," tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.