Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asia Hadapi Tantangan Berat untuk Mampu Memberi Makan Penduduknya

Kompas.com - 16/03/2018, 14:00 WIB
Aprillia Ika

Penulis

Indonesia

Khusus untuk Indonesia, pada perayaan hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-100 tahun pada 2045, penduduk Indonesia diprediksi akan mencapai angka 330 juta. Artinya, kebutuhan pangan dibutuhkan terus menerus naik kira-kira 3 persen per tahun.

Potensi terbesar dari produk pertanian Indonesia adalah padi. Di mana padi merupakan produk utama dalam mempercepat pertumbuhan perekonomian nasional.

Pada tahun 2005 kebutuhan beras setara 52,8 juta ton gabah kering giling (GKG). Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras sampai pada 2025 diprediksikan masih akan terus meningkat mencapai 65,9 juta ton GKG.

Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, maka untuk dapat memberikan jaminan pangan kepada pertambahan penduduk tersebut, diperlukan jaminan ketersediaan pangan yang memadai.

Oleh karena itu segala daya dan upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menciptakan ketahanan pangan, baik melalui program swasembada atau bahkan mengimpor, demi menjaga adanya stabilitas ekonomi dan politik nasional.

Kementerian Pertanian RI telah menetapkan target untuk mencapai swasembada pangan nasional pada 2018 guna memenuhi kebutuhan pangan nasional. Kemudian bercita-cita dapat menjadi pemasok bahan pangan utama di dunia pada 2045 mendatang.

Target itu dapat terwujud dengan mempertimbangkan besarnya sumberdaya yang ada termasuk besarnya keanekaragaman hayati dan ekosistem pertanian, luasnya potensi lahan subur untuk pertanian, melimpahnya tenaga kerja, tersedianya inovasi dan teknologi, dan besarnya potensi pasar dalam negeri dan internasional.

FAO mengapresiasi atas capaian pembangunan pertanian pemerintah RI dan menilai Indonesia memiliki peluang untuk mengekspor produk pertaniannya dengan adanya kenaikan produksi. Namun menurut FAO, untuk memasarkan produk pertanian ke luar negeri, produk itu sendiri harus berdaya saing, efisien, dan spesifik, dan organik.

FAO berharap agar Indonesia dapat menjadi promotor sistem pertanian Low external input sustainable agriculture (Leisa) dan organik. Leisa merupakan sistem pertanian berkelanjutan dengan input luar yang rendah dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal dengan efisien.

Program pemerintah itu tentu tidak sepenuhnya dapat berjalan dengan mulus dan masih harus menghadapi beberapa kendala yang bersifat klasik. Misalnya masih terjadi ketimpangan pusat produksi pertanian sangat besar.

Baca juga : Pembangunan Ketahanan Pangan dan Gizi Butuh Sikap Serius, Ini Dia Pilarnya...!

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com